demokrasi ala anak sd
Di lereng Gunung Menoreh yang sejuk, tepatnya di Dusun Wonolelo, Kenalan, Kecamatan Borobudur Magelang, Jawa Tengah berdiri sebuah sekolah yang berbeda dari sekolah dasar pada umumnya. Keunikan serta kekhasan metode pendidikan yang diterapkan di sekolah ini menjadikannya bertahan sampai sekarang.
Baca Juga : Penikmat Kopi
Maklum sekolah yang berdiri sejak tahun 1930 ini sempat terancam ditutup karena alasan kekurangan murid dan ketiadaan biaya. SD Katolik Kanisius Kenalan, demikian namanya. Sekolah ini menerapkan metode sekolah kehidupan yang berwawasan lingkungan pedesaan, pengembangan diri, pemberdayaan orangtua dan gerakan orangtua asuh yang dinamai Gerakan Mengasuh Anak Tani (GEMATI). Para guru di sekolah ini telah berhasil menciptakan kurikulum pendidikan alternatif yang menghindarkan para siswa dari konsep pembelajaran teoritis yang membosankan melalui pembelajaran luar ruang yang terkait langsung dengan lingkungan.
Sehingga praktik menjadi kegiatan rutin para siswa. “Siswa kami ajak untuk belajar langsung pada alam. Siswa tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran saja tapi juga belajar dari lingkungan. Mereka akan melihat, mencari, mengamati dan merasakan sendiri lingkungan sekitarnya mulai dari belajar jenis-jenis satwa, tanaman, tanah, dan air. Dengan demikian akan menumbuhkan rasa mencintai dan memiliki terhadap alam sekitarnya,” ujar Kepala Sekolah SDK Kanisius Kenalan, Yosef Onesimus Mayono, di Gua Maria Sendang Sono, Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Senin(2/5/2017).
SD Katolik Kanisius Kenalan berhasil mengintegrasikan kurikulum reguler nasional dengan kurikulum alternatif khas SD Kenalan dengan menerapkan metode pembelajaran tematik. Tak hanya itu sekolah yang memilik enam ruang kelas, 60 murid dan tujuh guru ini juga merintis kegiatan komunitas basis bernama Republik Anak Kenalan (RAK). “Layaknya sebuah republik sungguhan, RAK juga mempunyai presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri dalam kabinet. Seluruh siswa dan guru SDK Kenalan diposisikan sebagai rakyat. Presiden dipilih langsung oleh siswa. Murid yang menjadi calon presiden dan wakil presiden masing-masing juga menyampaikan visi dan misi serta berkampanye layaknya pemilu,” lanjut Yoseph Onesimus Maryono yang biasa disapa Pak Guru Simus
Baca Juga : Penikmat Kopi
Maklum sekolah yang berdiri sejak tahun 1930 ini sempat terancam ditutup karena alasan kekurangan murid dan ketiadaan biaya. SD Katolik Kanisius Kenalan, demikian namanya. Sekolah ini menerapkan metode sekolah kehidupan yang berwawasan lingkungan pedesaan, pengembangan diri, pemberdayaan orangtua dan gerakan orangtua asuh yang dinamai Gerakan Mengasuh Anak Tani (GEMATI). Para guru di sekolah ini telah berhasil menciptakan kurikulum pendidikan alternatif yang menghindarkan para siswa dari konsep pembelajaran teoritis yang membosankan melalui pembelajaran luar ruang yang terkait langsung dengan lingkungan.
Sehingga praktik menjadi kegiatan rutin para siswa. “Siswa kami ajak untuk belajar langsung pada alam. Siswa tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran saja tapi juga belajar dari lingkungan. Mereka akan melihat, mencari, mengamati dan merasakan sendiri lingkungan sekitarnya mulai dari belajar jenis-jenis satwa, tanaman, tanah, dan air. Dengan demikian akan menumbuhkan rasa mencintai dan memiliki terhadap alam sekitarnya,” ujar Kepala Sekolah SDK Kanisius Kenalan, Yosef Onesimus Mayono, di Gua Maria Sendang Sono, Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Senin(2/5/2017).
SD Katolik Kanisius Kenalan berhasil mengintegrasikan kurikulum reguler nasional dengan kurikulum alternatif khas SD Kenalan dengan menerapkan metode pembelajaran tematik. Tak hanya itu sekolah yang memilik enam ruang kelas, 60 murid dan tujuh guru ini juga merintis kegiatan komunitas basis bernama Republik Anak Kenalan (RAK). “Layaknya sebuah republik sungguhan, RAK juga mempunyai presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri dalam kabinet. Seluruh siswa dan guru SDK Kenalan diposisikan sebagai rakyat. Presiden dipilih langsung oleh siswa. Murid yang menjadi calon presiden dan wakil presiden masing-masing juga menyampaikan visi dan misi serta berkampanye layaknya pemilu,” lanjut Yoseph Onesimus Maryono yang biasa disapa Pak Guru Simus
Komentar
Posting Komentar