Pendidikan Indonesia Memiliki Kualitas Paling Rendah di Dunia
Ada perubahan paling baru didunia pendidikan Indonesia. Di dalam perubahan jaman serta arus global, dan persaingan antar negara, nyatanya kwalitas pendidikan Indonesia terendah.
Pengamat Pendidikan Indra Charisniadji mengungkap, menghadai Orang-orang Ekonomi ASEAN (MEA), beberapa negaranya tengah lakukan usaha persiapan yang maksimal.
Salah satunya tingkatkan kwalitas pendidikan. Hal semacam itu dikerjakan oleh negara Thailand, Vietnam serta Filipina. Sesaat di Indonesia usaha itu baru jalan, namun akhirnya belum terlihat.
Indra mengatakan, kompetensi SDM Indonesia masih tetap begitu rendah. Dari segi kwalitas pendidikan, Indonesia masih tetap di urutan paling rendah dunia.
Baca Juga : Wisata Kopi
Aspek pemicunya, satu diantaranya masih tetap rendahnya kwalitas guru atau tenaga pengajar di Indonesia. Walau sebenarnya, menurut dia kwalitas guru begitu memastikan kwalitas hasil pendidikan.
”Dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) ada 192 dari 1, 6 juta guru saja yang peroleh nilai diatas 90. Sesaat nilai rata-rata UKG cuma 56. Bila di Pendidikan Tinggi (Dikti) nilai ini begitu rendah bukanlah nilai D lagi mungkin nilainya F, ” tutur Indra Charisniadji ditulis Indopos (Jawa Pos Group), Rabu (26/4).
Indra menerangkan kenyataan ini selesai ikuti seminar nasional pendidikan di Gedung DPR berbarengan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan serta komisi X DPR, Selasa (26/4).
Indra mengatakan, jumlah guru di Indonesia sejumlah 3 juta orang. Dari jumlah itu ada penambahan guru sejumlah 823 % dari th. 1999/2000. Sesaat, penambahan jumlah peserta didik cuma 17 %.
”Angka kenaikan guru rasionya begitu tinggi. Apakah kenaikan siswa yang cuma 17 % membutuhkan guru sejumlah itu. Terlebih rasio paling tinggi guru honorer yang cuma terima upah Rp90 ribu per bln. pada 2005 lantas umpamanya, ” katanya.
Disebutkan Indra, tingginya rasio penambahan guru mesti diikuti kebijakan pendidikan kompetensi guru dari pemerintah.
Spesial pendidikan vokasi, menurut dia mesti penuhi keperluan dunia industri. Pasalnya, kwalitas pendidikan kejuruan sekarang ini belum pasti penuhi keperluan industri.
”Secara jumlah lulusan SMK banyak, namun dengan cara kwalitas belum penuhi standard keperluan industri. Kehadiran Instansi Sertifikasi Profesi (LSP) atau Tubuh Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) belum menjawab kwalitas kompetensi SMK, ” tuturnya.
Untuk penuhi keperluan industri, menurut Indra tenaga pengajar profesional bisa di ambil dari lapangan. Terlebih ketertarikan guru vokasi saat ini begitu minim. Diluar itu, tidak kalah utama pemenuhan alat bantu ajar mesti dipenuhi.
”Tidak cuma berbelanja saja, pemerintah mesti ada road map. Terlebih alat bantu ajar pendidikan vokasi begitu mahal, ” tandasnya.
Mendikbud Anies Baswedan mengaku mengenai permasalahan itu. Dikatakannya, beragam permasalahan yang nampak didunia pendidikan bakal selekasnya dikerjakan.
Menurut bekas Rektor Kampus Paramadina itu, tiap-tiap permasalahan yang nampak didunia pendidikan mesti dikerjakan. Hingga, tak nampak permasalahan yang sama.
”Masalah pendidikan sangat banyak. Tiap-tiap ke daerah kami sebut berbelanja permasalahan. Serta permasalahan yang kami dapatkan bakal kerjakan, ” tutur Anies Baswedan.
Berkaitan penambahan rasio guru yang cukup penting, menurut Anies butuh dikerjakan jalan keluar yang strategis.
Pengamat Pendidikan Indra Charisniadji mengungkap, menghadai Orang-orang Ekonomi ASEAN (MEA), beberapa negaranya tengah lakukan usaha persiapan yang maksimal.
Salah satunya tingkatkan kwalitas pendidikan. Hal semacam itu dikerjakan oleh negara Thailand, Vietnam serta Filipina. Sesaat di Indonesia usaha itu baru jalan, namun akhirnya belum terlihat.
Indra mengatakan, kompetensi SDM Indonesia masih tetap begitu rendah. Dari segi kwalitas pendidikan, Indonesia masih tetap di urutan paling rendah dunia.
Baca Juga : Wisata Kopi
Aspek pemicunya, satu diantaranya masih tetap rendahnya kwalitas guru atau tenaga pengajar di Indonesia. Walau sebenarnya, menurut dia kwalitas guru begitu memastikan kwalitas hasil pendidikan.
”Dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) ada 192 dari 1, 6 juta guru saja yang peroleh nilai diatas 90. Sesaat nilai rata-rata UKG cuma 56. Bila di Pendidikan Tinggi (Dikti) nilai ini begitu rendah bukanlah nilai D lagi mungkin nilainya F, ” tutur Indra Charisniadji ditulis Indopos (Jawa Pos Group), Rabu (26/4).
Indra menerangkan kenyataan ini selesai ikuti seminar nasional pendidikan di Gedung DPR berbarengan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan serta komisi X DPR, Selasa (26/4).
Indra mengatakan, jumlah guru di Indonesia sejumlah 3 juta orang. Dari jumlah itu ada penambahan guru sejumlah 823 % dari th. 1999/2000. Sesaat, penambahan jumlah peserta didik cuma 17 %.
”Angka kenaikan guru rasionya begitu tinggi. Apakah kenaikan siswa yang cuma 17 % membutuhkan guru sejumlah itu. Terlebih rasio paling tinggi guru honorer yang cuma terima upah Rp90 ribu per bln. pada 2005 lantas umpamanya, ” katanya.
Disebutkan Indra, tingginya rasio penambahan guru mesti diikuti kebijakan pendidikan kompetensi guru dari pemerintah.
Spesial pendidikan vokasi, menurut dia mesti penuhi keperluan dunia industri. Pasalnya, kwalitas pendidikan kejuruan sekarang ini belum pasti penuhi keperluan industri.
”Secara jumlah lulusan SMK banyak, namun dengan cara kwalitas belum penuhi standard keperluan industri. Kehadiran Instansi Sertifikasi Profesi (LSP) atau Tubuh Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) belum menjawab kwalitas kompetensi SMK, ” tuturnya.
Untuk penuhi keperluan industri, menurut Indra tenaga pengajar profesional bisa di ambil dari lapangan. Terlebih ketertarikan guru vokasi saat ini begitu minim. Diluar itu, tidak kalah utama pemenuhan alat bantu ajar mesti dipenuhi.
”Tidak cuma berbelanja saja, pemerintah mesti ada road map. Terlebih alat bantu ajar pendidikan vokasi begitu mahal, ” tandasnya.
Mendikbud Anies Baswedan mengaku mengenai permasalahan itu. Dikatakannya, beragam permasalahan yang nampak didunia pendidikan bakal selekasnya dikerjakan.
Menurut bekas Rektor Kampus Paramadina itu, tiap-tiap permasalahan yang nampak didunia pendidikan mesti dikerjakan. Hingga, tak nampak permasalahan yang sama.
”Masalah pendidikan sangat banyak. Tiap-tiap ke daerah kami sebut berbelanja permasalahan. Serta permasalahan yang kami dapatkan bakal kerjakan, ” tutur Anies Baswedan.
Berkaitan penambahan rasio guru yang cukup penting, menurut Anies butuh dikerjakan jalan keluar yang strategis.
Komentar
Posting Komentar